Adam As adalah Manusia pertama diciptakan, Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh umat manusia. Diciptakan dari tanah oleh Allah SWT, dan kemudian ditiupkan roh ke dalamnya.
Semua makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah SWT, hanya iblislah yang menolak, karen ia merasa dirinya yang diciptakan dari api lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah SWT mengusir iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti, sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari surga. Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38, Al-A'râf: 11-18, dan Shâd: 73-83.Sunday, December 11, 2016
Tuesday, November 15, 2016
Setiap Orang Ingin Hidup Bahagia
Posted By:
Unknown
Setiap manusia mendambakan kehidupannya penuh dengan kedamaian dan ketenangan dalam menjalani semua urusannya dalam kehidupan di dunia. Tetapi...
Tuesday, November 8, 2016
Syi'ah Bukan Islam
Posted By:
Unknown
Menurut terminologi, kata Syiah tertuju kepada satu sekte (firqah) yang mengaku sebagai pengikut dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sehingga menjadi nama yang khusus bagi mereka.
Syiah sendiri adalah kaum muslimin yang menganggap pengganti Nabi Saw merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dalam hal ini Ali ra dan keturunannya.Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid’ah.Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau kelompok Muhammad.Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam.Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.Allah berfirman : واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا ( العمران:١۰٣)“ Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok).”Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik.Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah.Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan: هذا ما تقاضى عليه على بن ابى طالب ومعاوية بن ابى سفيان وشيعتهما ( اصول مذهب الشيعة ) Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan kedua Syiah mereka.(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab.Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb: كان بدء امرنا انا التقينا والقوم من اهل الشام، والظاهر ان ربنا واحد، ونبينا واحد، ودعوتنا فى الاسلام واحد، ولا نستزيدهم فى الاسلام بالله والتصديق برسوله، ولا يستزيدوننا، الامر واحد الا ما اختلفنا فيه من دم عثمان، ونحن منه براء( نهج البلاغة- ٤٤٨ ) Adapun mas’alah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya).Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”(Nahjul Balaghoh – 448)Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata: انى اكره لكم ان تكونوا سبابين ، لكنكم لو وصفتم اعمالهم، وذكرتم حالهم، كان اصوب فى القول وابلغ فى العذر، وقلتم مكان سبكم اياهم، اللهم احقن دماءنا ودماءهم، واصلح ذات بيننا وبينهم ( نهج البلاغة -٣٢٣) “ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka(Nahjul Balaghoh – 323)Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam AliKembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyyah).Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh Salafunassholeh.Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang.Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, makayang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya.Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.
Monday, November 7, 2016
Kebaikan Yang Paling Utama
Posted By:
Unknown
KALIMAT ‘LAA ILAHA ILLALLAH’ ADALAH KEBAIKAN YANG PALING UTAMA
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Katakanlah padaku wahai Rasulullah, ajarilah aku amalan yang dapat mendekatkanku pada surga dan menjauhkanku dari neraka.”
.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila engkau melakukan kejelekan (dosa), maka lakukanlah kebaikan karena dengan melakukan kebaikan itu engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisalnya.”…
.
Lalu Abu Dzar bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah ’laa ilaha illallah’ merupakan kebaikan?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,…
Kalimat itu (laa ilaha illallah) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.” [HR. Ahmad]
Friday, October 28, 2016
Pengertian Islam Menurut Beberapa Bahasa
Posted By:
Unknown
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama)
Pengertian Islam Menurut Bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini
.
.
الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini,Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125) “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84) “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
5. Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:
1. 1. Islam sebagai wahyu ilahi
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
2. 2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.”
3. 3. Sebagai pedoman hidup
Allah berfirman (QS. 45 : 20):
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
4. 4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
6. 6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan
Friday, September 23, 2016
Ujian Dan Cobaan
Posted By:
Unknown
Setiap manusia pasti akan menghadapi berbagai kesulitan hidup bagaikan roller-coaster. Adakalanya kita berada megah di atas dan adakalanya kita berduka di bawah. Kedua-duanya sebenarnya merupakan ujian bagi kita sebagai hamba Allah di muka bumi ini agar dapat dikenal-pasti siapakah di antara kita yang paling berkualitas amalnya menelusuri cara kita menghadapi ujian-ujian tersebut. Firman Allah SWT :
Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) – untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat) – al-Mulk (67) : 2
Ujian daripada Allah SWT ini meliputi seluruh hamba-Nya yang taat maupun yang durhaka. Malah ujian bagi hamba-hamba-Nya taat adalah lebih hebat berbanding dengan mereka yang ingkar.
Rasulullah saw pernah di tanya:
Ya Rasulullah, siapakah yang paling keras mendapatkan ujian? Baginda menjawab: Para Nabi dan
pengikut-pengikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agama, jika kadar beragamanya kuat maka ujiannya semakin keras. Jika kadar beragamanya lemah maka dia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Seorang hamba akan senatiasa diuji sampai dia akan dibiarkan berjalan di muka bumi tanpa membawa dosa kesalahan. – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi (no: 2322)
Justru itu segala ujian daripada Allah SWT ini haruslah kita tempuh dengan penuh kesabaran agar ia dapat mendekatkan kita kepada-Nya dan menerima segala limpah rahmat-Nya.
Firman Allah SWT.:
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar: (yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: (Innalillahi wa inna ilahirajiun) “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.” Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan daripada Tuhan mereka serta rahmat-Nya; dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayah-Nya. – al-Baqarah (2) : 157
Apakah itu sabar?
Sabar adalah teguh dan tetap berada di atas landasan yang dikehendaki oleh agama apabila berhadapan atau menentang sesuatu pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu baik ketika ingin mengerjakan perbuatan untuk mencari ketaatan Allah, melakukan perkara-perkara maksiat dan ketika ditimpa musibah. Manusia senantiasa berada di dalam situasi di mana pengaruh agama senantiasa berperang dengan hawa nafsu. Demi untuk menjamin hawa nafsu dapat dkendalikan maka sifat sabar itu perlu ada bagi setiap orang yang beriman. Hendaklah kita fahami bahwa ujian Allah dapat berupa dalam bentuk nikmat kebaikan dan juga musibah yang berbentuk kesusahan.
Firman-Nya:
Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan. - al-Anbiya’ (21) : 35
Dari ayat di atas dapat kita nyatakan bahwa ujian yang perlu di hadapi oleh manusia ini terdiri dari dua bentuk.
PERTAMA:
Perkara yang sesuai dengan hawa nafsu manusia seperti kekayaan, jabatan tinggi, terkenal dan mengecapi semua nikmat dunia yang lain. Manusia ketika ingin mencapai nikmat dunia, mereka perlu untuk berusaha dengan bersungguh-sungguh serta bersabar. Apabila nikmat tersebut telah dicapai maka ujian yang datang darinya juga begitu hebat maka kesabaran memainkan peranan yang penting demi menjamin bahwa nikmat dunia yang diperolehi itu dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Sebagai contoh, kekayaan yang kita perolehi adakalanya menyebabkan manusia lupa daratan, menjadi angkuh dan menjauhkannya dari perintah Allah SWT. Oleh itu hendaklah hawa nafsu itu diperangi menerusi sifat sabar agar kekayaan bukan saja akan menjadikannya insan yang beriman malah dibelanjakan hartanya itu sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT. mengingatkan kita melalui firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta benda kamu dan anak-pinak kamu daripada mengingati Allah (dengan menjalankan perintah-Nya). Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. – al-Munaafiquun (63) : 11
KEDUA:
Ujian dalam ketegori ini meliputi perkara-perkara yang tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia. Ianya boleh terjadi disebabkan perbuatan atau usaha manusia itu sendiri ataupun ianya datang di luar kemampuan manusia seperti bencana yang tidak dapat dielakkan. Ujian yang tidak sesuai dengan hawa nafsu kita tetapi terjadi disebabkan perbuatan manusia sendiri terbagi kepada dua bentuk.
a) KETAATAN :
Manusia memerlukan kesabaran tatkala hendak melaksanakan amalan-amalan yang berbentuk ketaatan. Ini adalah karena ujian yang dihadapi oleh seseorang apabila hendak melaksanakan ibadah sekiranya tidak dihadapi dengan penuh kesabaran akan menyebabkan gagalnya perlaksanaan amalan tersebut. Sebagai contoh yang mudah apabila kita hendak melaksanakan solat tahajud atau subuh yang mana kita perlu menghadapi ujian malas untuk bangun awal dari tempat tidur kita. Sekiranya kita tidak sabar untuk menghadapi ujian tersebut maka akhirnya kita akan memilih kasur serta bantal yang empuk dari beribadah di atas sajadah.
Firman Allah SWT.:
“Tuhan yang mencipta dan mentadbirkan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya; oleh itu, sembahlah engkau akan Dia dan bersabarlah dengan tekun tetap dalam beribadat kepada-Nya; adakah engkau mengetahui sesiapapun yang senama dan sebanding dengan-Nya?” – Maryam (19) : 65
Segala amalan yang boleh membawa kita ke syurga dilingkari oleh perkara-perkara yang tidak disenangi oleh hawa nafsu yang perlu kita hadapi agar perlaksanaannya menjadi kenyataan.
Rasulullah saw. bersabda:
Syurga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu), sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat. Hadis riwayat Imam Muslim (no: 2823)
b) KEMAKSIATAN:
Manusia juga memerlukan kesabaran yang tegar untuk menghindarkan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan maksiat baik dari segi perbuatan, perkataan dan keinginan hatinya. Maksiat itu walaupun mempunyai daya tarikan yang kuat namun ianya sebenarnya tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia karena pada hakikatnya ia akan membawa keburukan kepada manusia. Kita ambil contoh melakukan seks bebas. Perbuatan tersebut memang dapat memuaskan nafsu syahwat manusia, namun ia sebenarnya memusnahkan sistem kekeluargaan manusia, menyebarkan penyakit berjangkit serta membawa gejala sosial yang menghancurkan generasi masa depan. Lantaran itu Allah SWT. melarang perbuatan maksiat.
Firman-Nya:
Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, dan berbuat kebaikan, serta memberi bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar serta kezaliman. Dia mengajar kamu (dengan suruhan dan larangan-Nya ini), supaya kamu mengambil peringatan mematuhi-Nya. - al-Nahl (16) : 90
Ujian yang datang tanpa dapat diduga oleh manusia dalam bentuk bencana maupun musibah yang dihadapi juga terdapat dua bentuk.
a) Musibah yang melanda namun manusia mampu menghindarinya seperti penganiayaan sesama manusia, dikucilkan/dijauhkan oleh masyarakat, dihina oleh orang ramai melalui perbuatan dan ucapan. Sebagai contohnya ujian yang dihadapi oleh para pendakwah yang dicemoohkan oleh masyarakat sekelilingnya yang jahil dan musuh-musuh Allah. Dia sebenarnya boleh meneruskan dakwahnya dengan cara yang penuh hikmah dan bersabar atas ujian tersebut tanpa melakukan apa-apa balasan yang akan memburukkan lagi keadaan.
Firman Allah SWT.:
Dan bersabarlah terhadap apa yang dikatakan oleh mereka (yang menentangmu), dan jauhkanlah dirimu dari mereka dengan cara yang baik. – al-Muzzammil (73) : 10
Walaupun begitu Allah SWT membenarkan kita untuk membalas kejahatan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa melakukannya secara berlebih-lebihan namun bersabar itu adalah jalan yang lebih baik.
Dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang sabar. – al-Nahl (16) : 126
b) Musibah yang melanda manusia dan dia tidak mampu untuk menghalangnya sama sekali. Contohnya seperti kematian, kemarau berpanjangan, kecacatan, wabah penyakit, banjir besar dan bencana-bencana alam yang lain. Apabila terjadinya musibah sedemikian rupa maka hendaklah kita menghadapinya dengan keridhaan dan penuh kesabaran.
Firman Allah SWT:
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar. – al-Baqarah (2) : 155
Haruslah kita ingati bahwa musibah yang menimpa manusia itu ada hikmah yang tersembunyi. Sebagai contohnya bagi mereka yang berada dalam daerah yang dilanda wabhk taun dan menghadapinya ridha dan penuh kesabaran maka Allah SWT. akan memberinya ganjaran seperti seorang yang mati syahid.
‘
Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah saw. tentang hal wabah taun, maka diberitahu oleh Rasulullah saw. bahwa wabah taun ialah satu bentuk siksa Allah yang dikirimkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi para hamba-Nya yang beriman. Maka seorang mukmin yang berada di daerah yang dijangkiti wabah itu jika sabar dan ikhlas karena dia mengerti tidak akan terkena wabah itu kecuali kalau memang sudah ditakdirkan Allah baginya, maka Allah akan mencatat baginya sebagai ganjaran seperti pahala seorang yang mati syahid. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 3474)
Justru itu dapatlah kita fahami bahwa semua umat manusia tergantung kepada pelbagai bentuk ujian daripada Allah SWT dan kenyataan ini memerlukan setiap orang memahami sifat kesabaran yang hakiki dalam setiap gerak-gerik hidupnya. Menyadari akan pentingnya sifat kesabaran ini maka Allah SWT. memberikan keutamaan yang besar bagi mereka yang sabar. Di antara keutaman-keutamaan tersebut adalah seperti berikut:
a) Sifat sabar menunjukkan seseorang itu memiliki keimanan yang tinggi kepada Allah SWT. Sabda Rasulullah saw:
Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaan untuknya (dianggap) baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat dia bersyukur maka syukur itu lebih baik baginya. Dan bila menderita kesusahan dia sabar maka kesabaran itu lebih baik baginya. - Hadis riwayat Imam Muslim (no: 2999)
b) Mereka yang sabar akan menerima ganjaran pahala yang tidak terbatas dan memudahkannya untuk menjadi ahli syurga. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah saja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira. – al-Zumar (39) : 10
Rasulullah saw. bersabda:
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: “Apabila saya menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan Syurga. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 5653)
c) Mereka yang sabar senantiasa dekat dengan Allah SWT dan mudah untuk menerima bantuan-Nya bagi menghadapi kehidupan yang mendatang. Firman-Nya
Sesungguhnya Allah menyertai(membantu) orang-orang yang sabar. – al-Baqarah (2) : 153
d) Kesabaran termasuk dalam kategori amalan yang sangat baik dan dituntut untuk dikerjakan. Firman Allah SWT:
Dalam pada itu (ingatlah), orang yang bersabar dan memaafkan (kesalahan orang terhadapnya), sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat (melakukannya). – al-Syuura (42) : 43
e) Kesabaran menunjukkan seseorang untuk memiliki kekuatan yang hakiki. Sabda Rasulullah saw.
“Bukan ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergusti tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu mengawal hawa nafsu ketika marah.” – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 6114)
Demikanlah beberapa keutamaan sifat sabar dengan harapan melalui keutamaan-keutamaan yang dipaparkan ini akan menjadi pencetus yang membakar semangat bagi para pembaca untuk menjadi insan yang penyabar terutamanya ketika menghadapi pelbagai ujian daripada Allah SWT. Apalagi hidup pada zaman yang serba moden ini kita semakin banyak memerlukan dan memaksimumkan sifat kesabaran dalam jiwa kita. Amin Ya Allah Ya Robbal Alamin.
Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) – untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat) – al-Mulk (67) : 2
Ujian daripada Allah SWT ini meliputi seluruh hamba-Nya yang taat maupun yang durhaka. Malah ujian bagi hamba-hamba-Nya taat adalah lebih hebat berbanding dengan mereka yang ingkar.
Rasulullah saw pernah di tanya:
Ya Rasulullah, siapakah yang paling keras mendapatkan ujian? Baginda menjawab: Para Nabi dan
pengikut-pengikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agama, jika kadar beragamanya kuat maka ujiannya semakin keras. Jika kadar beragamanya lemah maka dia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Seorang hamba akan senatiasa diuji sampai dia akan dibiarkan berjalan di muka bumi tanpa membawa dosa kesalahan. – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi (no: 2322)
Justru itu segala ujian daripada Allah SWT ini haruslah kita tempuh dengan penuh kesabaran agar ia dapat mendekatkan kita kepada-Nya dan menerima segala limpah rahmat-Nya.
Firman Allah SWT.:
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar: (yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: (Innalillahi wa inna ilahirajiun) “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.” Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan daripada Tuhan mereka serta rahmat-Nya; dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayah-Nya. – al-Baqarah (2) : 157
Apakah itu sabar?
Sabar adalah teguh dan tetap berada di atas landasan yang dikehendaki oleh agama apabila berhadapan atau menentang sesuatu pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu baik ketika ingin mengerjakan perbuatan untuk mencari ketaatan Allah, melakukan perkara-perkara maksiat dan ketika ditimpa musibah. Manusia senantiasa berada di dalam situasi di mana pengaruh agama senantiasa berperang dengan hawa nafsu. Demi untuk menjamin hawa nafsu dapat dkendalikan maka sifat sabar itu perlu ada bagi setiap orang yang beriman. Hendaklah kita fahami bahwa ujian Allah dapat berupa dalam bentuk nikmat kebaikan dan juga musibah yang berbentuk kesusahan.
Firman-Nya:
Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan. - al-Anbiya’ (21) : 35
Dari ayat di atas dapat kita nyatakan bahwa ujian yang perlu di hadapi oleh manusia ini terdiri dari dua bentuk.
PERTAMA:
Perkara yang sesuai dengan hawa nafsu manusia seperti kekayaan, jabatan tinggi, terkenal dan mengecapi semua nikmat dunia yang lain. Manusia ketika ingin mencapai nikmat dunia, mereka perlu untuk berusaha dengan bersungguh-sungguh serta bersabar. Apabila nikmat tersebut telah dicapai maka ujian yang datang darinya juga begitu hebat maka kesabaran memainkan peranan yang penting demi menjamin bahwa nikmat dunia yang diperolehi itu dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Sebagai contoh, kekayaan yang kita perolehi adakalanya menyebabkan manusia lupa daratan, menjadi angkuh dan menjauhkannya dari perintah Allah SWT. Oleh itu hendaklah hawa nafsu itu diperangi menerusi sifat sabar agar kekayaan bukan saja akan menjadikannya insan yang beriman malah dibelanjakan hartanya itu sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT. mengingatkan kita melalui firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta benda kamu dan anak-pinak kamu daripada mengingati Allah (dengan menjalankan perintah-Nya). Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. – al-Munaafiquun (63) : 11
KEDUA:
Ujian dalam ketegori ini meliputi perkara-perkara yang tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia. Ianya boleh terjadi disebabkan perbuatan atau usaha manusia itu sendiri ataupun ianya datang di luar kemampuan manusia seperti bencana yang tidak dapat dielakkan. Ujian yang tidak sesuai dengan hawa nafsu kita tetapi terjadi disebabkan perbuatan manusia sendiri terbagi kepada dua bentuk.
a) KETAATAN :
Manusia memerlukan kesabaran tatkala hendak melaksanakan amalan-amalan yang berbentuk ketaatan. Ini adalah karena ujian yang dihadapi oleh seseorang apabila hendak melaksanakan ibadah sekiranya tidak dihadapi dengan penuh kesabaran akan menyebabkan gagalnya perlaksanaan amalan tersebut. Sebagai contoh yang mudah apabila kita hendak melaksanakan solat tahajud atau subuh yang mana kita perlu menghadapi ujian malas untuk bangun awal dari tempat tidur kita. Sekiranya kita tidak sabar untuk menghadapi ujian tersebut maka akhirnya kita akan memilih kasur serta bantal yang empuk dari beribadah di atas sajadah.
Firman Allah SWT.:
“Tuhan yang mencipta dan mentadbirkan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya; oleh itu, sembahlah engkau akan Dia dan bersabarlah dengan tekun tetap dalam beribadat kepada-Nya; adakah engkau mengetahui sesiapapun yang senama dan sebanding dengan-Nya?” – Maryam (19) : 65
Segala amalan yang boleh membawa kita ke syurga dilingkari oleh perkara-perkara yang tidak disenangi oleh hawa nafsu yang perlu kita hadapi agar perlaksanaannya menjadi kenyataan.
Rasulullah saw. bersabda:
Syurga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu), sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat. Hadis riwayat Imam Muslim (no: 2823)
b) KEMAKSIATAN:
Manusia juga memerlukan kesabaran yang tegar untuk menghindarkan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan maksiat baik dari segi perbuatan, perkataan dan keinginan hatinya. Maksiat itu walaupun mempunyai daya tarikan yang kuat namun ianya sebenarnya tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia karena pada hakikatnya ia akan membawa keburukan kepada manusia. Kita ambil contoh melakukan seks bebas. Perbuatan tersebut memang dapat memuaskan nafsu syahwat manusia, namun ia sebenarnya memusnahkan sistem kekeluargaan manusia, menyebarkan penyakit berjangkit serta membawa gejala sosial yang menghancurkan generasi masa depan. Lantaran itu Allah SWT. melarang perbuatan maksiat.
Firman-Nya:
Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, dan berbuat kebaikan, serta memberi bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar serta kezaliman. Dia mengajar kamu (dengan suruhan dan larangan-Nya ini), supaya kamu mengambil peringatan mematuhi-Nya. - al-Nahl (16) : 90
Ujian yang datang tanpa dapat diduga oleh manusia dalam bentuk bencana maupun musibah yang dihadapi juga terdapat dua bentuk.
a) Musibah yang melanda namun manusia mampu menghindarinya seperti penganiayaan sesama manusia, dikucilkan/dijauhkan oleh masyarakat, dihina oleh orang ramai melalui perbuatan dan ucapan. Sebagai contohnya ujian yang dihadapi oleh para pendakwah yang dicemoohkan oleh masyarakat sekelilingnya yang jahil dan musuh-musuh Allah. Dia sebenarnya boleh meneruskan dakwahnya dengan cara yang penuh hikmah dan bersabar atas ujian tersebut tanpa melakukan apa-apa balasan yang akan memburukkan lagi keadaan.
Firman Allah SWT.:
Dan bersabarlah terhadap apa yang dikatakan oleh mereka (yang menentangmu), dan jauhkanlah dirimu dari mereka dengan cara yang baik. – al-Muzzammil (73) : 10
Walaupun begitu Allah SWT membenarkan kita untuk membalas kejahatan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa melakukannya secara berlebih-lebihan namun bersabar itu adalah jalan yang lebih baik.
Dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang sabar. – al-Nahl (16) : 126
b) Musibah yang melanda manusia dan dia tidak mampu untuk menghalangnya sama sekali. Contohnya seperti kematian, kemarau berpanjangan, kecacatan, wabah penyakit, banjir besar dan bencana-bencana alam yang lain. Apabila terjadinya musibah sedemikian rupa maka hendaklah kita menghadapinya dengan keridhaan dan penuh kesabaran.
Firman Allah SWT:
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar. – al-Baqarah (2) : 155
Haruslah kita ingati bahwa musibah yang menimpa manusia itu ada hikmah yang tersembunyi. Sebagai contohnya bagi mereka yang berada dalam daerah yang dilanda wabhk taun dan menghadapinya ridha dan penuh kesabaran maka Allah SWT. akan memberinya ganjaran seperti seorang yang mati syahid.
‘
Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah saw. tentang hal wabah taun, maka diberitahu oleh Rasulullah saw. bahwa wabah taun ialah satu bentuk siksa Allah yang dikirimkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi para hamba-Nya yang beriman. Maka seorang mukmin yang berada di daerah yang dijangkiti wabah itu jika sabar dan ikhlas karena dia mengerti tidak akan terkena wabah itu kecuali kalau memang sudah ditakdirkan Allah baginya, maka Allah akan mencatat baginya sebagai ganjaran seperti pahala seorang yang mati syahid. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 3474)
Justru itu dapatlah kita fahami bahwa semua umat manusia tergantung kepada pelbagai bentuk ujian daripada Allah SWT dan kenyataan ini memerlukan setiap orang memahami sifat kesabaran yang hakiki dalam setiap gerak-gerik hidupnya. Menyadari akan pentingnya sifat kesabaran ini maka Allah SWT. memberikan keutamaan yang besar bagi mereka yang sabar. Di antara keutaman-keutamaan tersebut adalah seperti berikut:
a) Sifat sabar menunjukkan seseorang itu memiliki keimanan yang tinggi kepada Allah SWT. Sabda Rasulullah saw:
Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaan untuknya (dianggap) baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat dia bersyukur maka syukur itu lebih baik baginya. Dan bila menderita kesusahan dia sabar maka kesabaran itu lebih baik baginya. - Hadis riwayat Imam Muslim (no: 2999)
b) Mereka yang sabar akan menerima ganjaran pahala yang tidak terbatas dan memudahkannya untuk menjadi ahli syurga. Firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah saja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira. – al-Zumar (39) : 10
Rasulullah saw. bersabda:
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: “Apabila saya menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan Syurga. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 5653)
c) Mereka yang sabar senantiasa dekat dengan Allah SWT dan mudah untuk menerima bantuan-Nya bagi menghadapi kehidupan yang mendatang. Firman-Nya
Sesungguhnya Allah menyertai(membantu) orang-orang yang sabar. – al-Baqarah (2) : 153
d) Kesabaran termasuk dalam kategori amalan yang sangat baik dan dituntut untuk dikerjakan. Firman Allah SWT:
Dalam pada itu (ingatlah), orang yang bersabar dan memaafkan (kesalahan orang terhadapnya), sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat (melakukannya). – al-Syuura (42) : 43
e) Kesabaran menunjukkan seseorang untuk memiliki kekuatan yang hakiki. Sabda Rasulullah saw.
“Bukan ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergusti tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu mengawal hawa nafsu ketika marah.” – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 6114)
Demikanlah beberapa keutamaan sifat sabar dengan harapan melalui keutamaan-keutamaan yang dipaparkan ini akan menjadi pencetus yang membakar semangat bagi para pembaca untuk menjadi insan yang penyabar terutamanya ketika menghadapi pelbagai ujian daripada Allah SWT. Apalagi hidup pada zaman yang serba moden ini kita semakin banyak memerlukan dan memaksimumkan sifat kesabaran dalam jiwa kita. Amin Ya Allah Ya Robbal Alamin.
Saturday, September 10, 2016
10 Cara Menjadi Tangguh Menghadapi Cobaan
Posted By:
Unknown
KETANGGUHAN DALAM MENGHADAPI COBAAN AKAN MENJADIKAN KITA PRIBADI YANG LEBIH BAIKMenghadapi cobaan. Mengapa kita harus tangguh menghadapi cobaan, sebab cobaan itu bagian dari hidup kita dan ada kebaikan dari cobaan tersebut. Kita tidak bisa menghindari cobaan selama hidup ini. Maka daripada kita menghindari cobaan, maka langlah yang benar adalah membina diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi cobaan.
Cobaan datang dari Allah dan Allah sudah memberikan cara menghadapi cobaan tersebut. Jika kita telusuri Al Quran Dan Hadits, banyak sekali ayat dan hadits yang membimbing kita agar tangguh menghadapi cobaan.
Langkah pertama yang harus kita yakini adalah, yakinlah bahwa ujian atau cobaan itu untuk kebaikan kita sendiri.
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا ۖ مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS .7.168)
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌkecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS.11:11)
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari)
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari)
Kita menghadapi cobaan dengan benar, artinya kita akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya jika kita salah dalam menghadapi cobaan, maka malah keburukan dan siksa yang kita dapat dan cobaan itu sendiri tidak hilang. Rugi 2 kali!
Sikap Positif Dalam Menghadapi Cobaan
Lalu bagaimana cara kita menghadapi cobaan? Kata kuncinya adalah bagaimana kita menyikapi ujian tersebut. Mungkin kita berada dalam sebuah kondisi dimana kita memang tidak punya pilihan, artinya kita harus mengalami ujian itu. Namun, sebenarnya kita selalu punya pilihan, setidaknya dalam sikap.
Menyikapi cobaan dengan positif sebenarnya sudah cukup, sebab sikap positif akan melahirkan semangat tidak menyerah, semangat mencari solusi, dan yang jelas, jika sikap positif itu berdasarkan Al Quran dan hadits, diiringi dengan niat ikhlas, maka kita PASTI akan mendapatkan balasannya di akhirat nanti.
Apa saja sikap positif yang harus kita pegang?
1. Yakinlah Anda Sanggup
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.65:7)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.2:286)
Yakinlah bahwa setiap cobaan yang diberikan Allah kepada kita sesuai dengan kadar kemampuan kita. Jika kita merasa tidak sanggup menghadapi cobaan atau ujian yang kita alami, itu adalah sinyal bahwa kita harus meningkatkan kualitas diri kita. Bukan ujiannya yang terlalu berat, tapi diri kita sendiri yang loyo dan payah. Perbaiki diri, bukan mengeluh akan beratnya ujian.
Keyakinan diri bahwa kita akan sanggup menghadapi ujian, menjadikan diri kita tidak akan menyerah, sehingga mengambil tindakan untuk memperbaiki diri dan mencari solusi. Yakinlah Anda bisa, insya Allah.
2. Yang Kita Benci Bisa Jadi Baik Bagi Kita
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS2.216)
Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Mungkin kita menyukainya, padahal itu buruk bagi kita sehingga Allah menghilangkannya dari kita. Terasa pahit, padahal justru itu yang terbaik bagi kita. Kita mungkin tidak mengetahuinya, tapi Allah mengetahui. Jadi berprasangka baiklah bahwa apa yang terjadi itu untuk kebaikan Anda. Allah Maha Penyayang.
3. Cobaan Bukan Berarti Allah Benci Kepada Kita
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS.93:3)
Cobaan itu tidak menunjukan bahwa Allah membenci kita. Rasulullah saw pun diberikan ujian oleh Allah, padahal beliau adalah habibillah (kekasih Allah). Jadi ujian bukan berarti benci. Justru untuk kebaikan sebagainya dijelaskan melalui ayat dan hadits yang sudah dibahas diatas.
4. Tenanglah, Kemudahan Akan Datang
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6)
Jangan khawatir dengan kesulitan, sebab Anda akan menemukan kemudahan. Syaratnya Anda harus bersedia melalui kesulitan tersebut.
5. Jika Anda Menghadapi Cobaan, Perbanyak Shalat
Apabila Rasulullah saw menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat. (HR Abu Dawud)
Shalatlah bukan malah melamun, bukan malah mengeluh. Jika mau menangis, menangislah kepada Allah. Bangun malam, dirikan shalat malam, dan mintalah petunjukan dan pertolongan kepada Allah.
6. dan 7. Berdo’a dan Selesaikan Kesulitan Orang Lain
Barangsiapa ingin do’anya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya, hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain (HR Ahmad)
Berdo’alah, karena Allah akan mengabulkan do’a kita. Dan, salah satu rahasia agar do’a itu dikabulkan, selesaikan atau bantu kesulitan orang lain. Mungkin aneh, kita sendiri sedang mengalami kesulitan tetapi malah harus menyelesaikan kesulitan orang lain. Ini adalah perintah Allah dan tidak mungkin salah.
8. Bersabarlah
Aku (rasulullah) mengagumi seorang mukmin yang bila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah, dia memuji Allah dan bersabar. (HR Ahmad)
Orang yang berbahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan, dia bersabar. (HR Ahmad)
Ada yang mengatakan bahwa sabar adalah resep untuk segala masalah. Memang benar. Tentu saja dengan definisi sabar yang benar. Seseorang yang sedang berperang membela agama Allah yang bersabar, adalah mereka yang teguh dalam peperangan itu. Justru Allah melarang kita menyerah atau meninggalkan pertempuran. Artinya menyerah bukanlah definisi sabar. Sabar adalah keteguhan dalam kebenaran.
Sabar juga bisa berarti adalah tetap teguh dalam mecari solusi. Anda tetap teguh dalam perjuangan keluar dari masalah. Jika Anda melakukan sabar dengan sabar yang benar, insya Allah solusi akan datang.
9. Dakwah
“Kalian harus menyeru kepada kebikan dan melarang dari kemungkaran. Kalau tidak, Allah akan mengirim hukuman kepada kalian, saat kalian berdo’a kepada-Nya, Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR At Tirmidzi)
Berdo’alah kepada Allah, dan agar do’a kita dikabul kita harus berdakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Jangan berhenti berdakwah karena kita sedang dalam kesulitan, justru dakwah akan memudahkan kita mengatasi kesulitan. Jangan mengeluh masalah begitu berat, sementara kemungkaran kita diamkan saja. Jangan mengeluh tidak bisa mengatasi ujian, sementara kita tidak mengajak orang kepada kebaikan.
10. Khusyu’
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.2:45-46)
Dan, mintalah pertolongan dari Allah dengan shabar dan shalat. Ini memang tidak mudah kecuali bagi mereka yang khusyu’, yaitu orang yang yakin bahwa dia akan menemui Allah dan akan kembali kepada-Nya. Saat kita yakin bahwa kita akan kembali kepada Allah, maka sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, semuanya menjadi kecil, sebab urusan besar itu mempersiapkan diri untuk di akhirat nanti.
Inilah berbagai panduan dari Al Quran dan hadits bagaimana cara menyikapi cobaan dengan benar dan akan membawa solusi.
Subscribe to:
Posts (Atom)